Blog

Terapung Lok Baintan dan Kawasan Stasiun Riset Bekantan

by in Geopark Januari 10, 2024

BANJARMASIN, KOMPAS.com – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) terus mendorong Geopark (Taman Bumi) Meratus menjadi Unesco Global Geopark setelah ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada 2018 lalu. Dengan segala keindahan dan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, Geopark Meratus terus dipromosikan. Kepala Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) Hanifa Dwi Nirwana mengatakan, saat ini Geopark Meratus memiliki 54 situs warisan budaya yang terbentang di wilayah Kalsel.

“Salah satunya adalah Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura yang sejak dulu sudah menjadi objek wisata unggulan di Kalsel,” ujar Hanifah dalam keterangan yang diterima, Selasa (12/12/2023). Alasan menjadikan Pasar Terapung Lok Baintan sebagai salah satu situs Geopark Meratus adalah aliran Sungai Martapura yang berasal dari Pegunungan Meratus. Sungai Martapura terbentuk akibat kejadian bumi, yaitu pada waktu pengangkatan Pegunungan Meratus yang tersusun oleh endapan aluvial sungai seperti pasir, lumpur atau lempung. “Karena itulah pada beberapa tempat bisa ditemukan intan,” jelasnya. Selain Pasar Terapung Lok Baintan, Pulau Curiak sebagai Kawasan Stasiun Riset Bekantan juga dijadikan salah satu situs Geopark Meratus. Sejak dijadikan sebagai situs Geopark Meratus, kunjungan wisatawan terus meningkat.

“Situs Pulau Curiak ini banyak sekali kunjungan dari wisatawan luar negeri jadi kita dorong terus publikasinya dan bisa kita koneksikan dengan situs-situs lainnya,” tambahnya. Kawasan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Barito Kuala ini dibuka pada 2015. Saat itu, Bekantan yang merupakan hewan endemik Kalsel populasinya memprihatinkan. Sementara itu, data yang diterima dari Komunitas Sahabat Bekantan Indonesia, saat ini di Pulau Curiak populasi Bekantan terus bertambah. Ketua Sahabat Bekantan Indonesia, Amelia mengatakan, sebelum dibuka sebagai Kawasan Stasiun Riset Bekantan, populasi Bekantan di Pulau Curiak hanya 14 ekor saja. “Saat ini jumlah Bekantan dari data terbaru kami kini berjumlah 42 atau ada peningkatan lebih dari 100 persen dan kawasan ini berada di luar kawasan konservasi, bagaimana kita mengelola populasinya tetapi tetap bisa hidup berdampingan dengan masyarakat lokal,” ujar wanita yang akrab di sapa Amel ini.

Bertambahnya populasi Bekantan kata Amel tak lepas dari upaya restorasi Mangrove Rambai yang ada di Pulau Curiak. Mangrove Rambai merupakan salah satu makanan utama Bekantan. “Secara kecil memang mendukung sebagai pakan Bekantan tetapi secara global ternyata dapat membantu mitigasi perubahan iklim,” jelasnya. Amel mengapreasiasi Pemprov Kalsel memasukkan Pulau Curiak sebagai salah satu situs Geopark Meratus. Dirinya berharap kunjungan wisatawan terus meningkat setiap tahunnya. “Wisatawan mancanegara memang sengaja datang ke sini untuk melihat eksotisme Bekantan,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di regional.kompas.com dengan judul:
Tak Ada Bebatuan, Ternyata Berikut Penyebab Pasar Terapung Jadi Situs Geopark Meratus

https://regional.kompas.com/read/2023/12/13/100520778/mengenal-situs-geopark-meratus-ada-pasar-terapung-lok-baintan-dan-kawasan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *