Mengenal Kebudayaan Dayak Meratus Lewat Upacara TIWAH
Salah satu bagian dari Geopark Pegunungan Meratus yang tidak boleh ditinggalkan adalah kebudayaan Suku Dayak Meratus yang memperkaya keindahan budaya Indonesia. Mengenal tentang upacara tiwah berarti mengenal pula tentang masyarakat Dayak Meratus. Upacara Tiwah adalah salah satu bagian dari kehidupan masyarakat Dayak Meratus yang tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Artikel ini akan memperkenal apa dan bagaimana upacara tiwah berlangsung di kebudayaan Dayak Meratus.
Apa itu upacara tiwah?
Upacara tiwah adalah upacara untuk menghormati para leluhur dengan cara mengantarkan roh leluhur yang telah meninggal ke alam baka melalui ritual penyucian dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur ke tempat bernama Sandung. Pengunjung yang kebetulan berada di dekat lokasi upacara ketika upacara tiwah berlangsung dapat datang dan menyaksikan jalannya upacara yang mungkin tidak akan ditemui di tempat lain.
Masyarakat percaya ini adalah cara tertinggi yang dapat mereka lakukan untuk berbakti pada para leluhurnya. Setelah melaksanakan upacara tiwah ini maka keluarga yang masih hidup dianggap telah menunaikan kewajiban dan tanggung jawab mereka kepada leluhurnya. Mereka berharap dengan melaksanakan upacara tiwah maka leluhur mereka akan mendapat tempat yang suci dan mulia di alam baka.
Bagaimana upacara tiwah dilakukan?
Karena banyaknya ritual yang harus dilakukan, upacara ini bisa berlangsung dari 7 hingga 40 hari. Prosesi upacara tiwah dilakukan dengan menggali kembali jenazah para leluhur yang telah lama dikuburkan, kemudian tulang belulangnya dibersihkan dan nantinya dimasukan ke dalam balai nyahu. Balai nyahu adalah tempat untuk menyimpan tulang yang telah dibersihkan. Setelah itu keluarga harus membuat anjung-anjung atau bendera kain sejumlah jenazah yang akan ditiwah.
Tahapan berikutnya adalah keluarga akan memasukan tulang belulang ke dalam balai nyahu. Tahapan ini disebut dengan Tabuh I, Tabuh II, dan Tabuh III. Upacara ini dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut dan merupakan tahapan penting karena pada tahapan ini roh akan mulai diantarkan ke lewu tatau.
Kemudian keluarkan akan menarikan tarian Manganjan mengelilingi sangkai raya (tempat anjung-anjung dan persembahan) dan sapundu (patung bebentuk manusia). Tarian ini dilakukan dengan riang karena roh leluhur mereka akan naik ke surge. Sapundu sendiri merupakan merupakan tempat mengangkat hewan seperti sapi, ayam atau babi untuk dikorbankan. Hewan-hewan ini akan ditusuk menggunakan tombak sampai mati oleh keluarg dimulai dari anggota keluarga tertua. Cucuran darah tersebut yang nantinya akan menyucikan roh para leluhur. Kepala hewan tersebut kemudian akan dipenggal untuk dijadikan makanan roh sedangkan dagingnya dimasak lalu dimakan bersama.