Makna Dibalik Cantiknya Batik Sasirangan
Salah satu hal yang bisa menarik perhatian dari Geopark Pegunungan Meratus adalah keindahan ragam budayanya yang masih dilestarikan hingga saat ini. Dari Geopark Pegunungan Meratus pengunjung dapat belajar banyak hal tentang kebudayaan masyarakat Kalimantan Selatan. Dari banyaknya keindahan budaya yang bisa disaksikan saat ini adalah batik sasirangan, yang menjadi kain khas dari Kalimantan Selatan. Ada banyak yang bisa dipelajari dari pembuatan batik sasirangan itu sendiri.
Ragam batik sasirangan
Sekilas batik sasirangan mirip dengan kain jumputan yang merupakan kain khas dari Yogyakarta. Meskipun mirip, tentu saja batik sasirangan memiliki keunikannya sendiri yang tidak bisa disamakan dengan yang lain. Kain batik sasirangan umumnya dipakai untuk kebutuhan upacara adat Suku Banjar.
Ada berbagai macam bentuk dan motif yang bisa ditemukan pada batik sasirangan, seperti: motif Iris Pudak, Kambang Raja, Bayam Raja, Kulit Kurikit, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Sari Gading, Kulit Kayu, Naga Balimbur, Jajumputan, Turun Dayang, Kambang Tampuk Manggis, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan, Sisik Tanggiling, Dan Kambang Tanjung.
Teknik pembuatan batik sasirangan
Cara untuk membuat batik sasirangan berbeda dengan membuat batik lainnya. Sasirangan sendiri berasal dari kata menyirang atau artinya menjelujur. Metode pembuatan batik sasirangan dimulai dengan menjelujur kain lalu kain diikat dengan tali rapia dan diberi pewarna alami dengan cara dicelupkan. Cara pembuatan ini masih dilakukan hingga sekarang sehingga bisa disimpulkan bahwa batik sasirangan dibuat dengan cara alami tanpa campur tangan mesin.
Setiap warna dari batik sasirangan juga memiliki artinya sendiri-sendiri. Kuning yang berasal dari kunyit atau temulawak digunakan sebagai pertanda bahwa orang yang menggunakannya sedang dalam masa pengobatan penyakit kuning. Merah berasal dari gambir, mengkudu, cabai merah atau kesumba dan digunakan sebagai simbol sakit kepala. Hijau berasal dari jahe atau daun pundak yang digunakan untuk pertanda seseorang sedang dalam masa pengobatan penyakit stroke atau lumpuh. Warna hitam didapat dari bahan uar atau kabuau yang menjadi pertanda seseorang tengah dalam pengobatan demam atau gatal-gatal. Ungu berasal dari biji gandaria dan merupakan tanda seseorang dalam masa pengobatan sakit perut. Terakhir warna coklat berasal dari uar atau kulit rambutan yang merupakan tanda seseorang menjalani proses pengobatan penyakit jiwa.
Makna motif batik sasirangan
Ada beberapa makna dari motif-motif batik sasirangan yang bisa diceritakan di sini.
Batik sasirangan motif Bayam Raja. Motif bayam raja dibuat untuk mereka yang memiliki kedudukan terhormat atau dianggap memiliki martabat lebih tinggi. Motifnya sendiri mengandung makna leluhur yang bermartabat dan dihormati. Bayam Raja memiliki motif berbentuk garis yang melengkung patah-patah, disusun secara vertikal yang kemudian menjadi pembatas dengan motif-motif lain.
Batik sasirangan motif Tampuk Manggis. Sama seperti namanya, motif ini terinspirasi dari buah manggis yang melambangkan kejujuran dari buah manggis yang mana isi buah manggis selalu sama dengan apa yang diperlihatkan pada tampuk buahnya.
Batik sasirangan motif Kangkung Kaombakan. Motif ini terinspirasi tanaman kangkung yang tumbuh di sungai-sungai besar di Kalimantan Selatan. Tanaman kangkung bisa hidup menjalar di air dan tidak putus meski diterjang ombak. Makna dari motif ini sendiri adalah tahan terhadap ujian dan cobaan hidup yang menimpa. Dalam menjalani hidup harus selalu sabar meski sering terhempas ombak.